Slide 1

You can also create your own templates. If you are confused can not do it, you can contact me on facebook: Aq _Idien ^ _ ^} or visit my personal website at: www.matanam.co.cc

Slide 2

You can also create your own templates. If you are confused can not do it, you can contact me on facebook: Aq _Idien ^ _ ^} or visit my personal website at: www.matanam.co.cc

Slide 3

You can also create your own templates. If you are confused can not do it, you can contact me on facebook: Aq _Idien ^ _ ^} or visit my personal website at: www.matanam.co.cc

Slide 4

You can also create your own templates. If you are confused can not do it, you can contact me on facebook: Aq _Idien ^ _ ^} or visit my personal website at: www.matanam.co.cc

Slide 5

You can also create your own templates. If you are confused can not do it, you can contact me on facebook: Aq _Idien ^ _ ^} or visit my personal website at: www.matanam.co.cc

Selasa, 13 Maret 2012

SEJARAH BIDAN




SEJARAH BIDAN di Indonesia

Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni 1951 dipandang sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil konfrensi bidan pertama yang diselengarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta.
Konfrensi bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan, bersifat nasional, berazaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pada konfrensi IBI tersebut juga dirumuskan tujuan IBI yaitu ;
1.      Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesame bidan serta kaum wanita pada umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2.      Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan, khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteran keluarga.
3.      Membantu pemerintah dalam pembangunan nasioanl, terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4.      Mengingkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus berkembang dengan hasil-hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah dapat dirasakan manfaatnya baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut adalah : Ibu Selo Salikun, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu Salikun, Ibu Sukaesih, Ibu Ipah dan Ibu S.Marguna, yang selanjutnya memproklamirkan IBI sebagai satu-satunya organisasi resmi bagi para bidan Indonesia. Dan hasil-hasil terpenting dari konferensi pertama bidan seluruh Indonesia tahun 1951 tersebut adalah :
1. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan & kesatuan bidan Indonesia.
2. Pengurus besar IBI berkedudukan di Jakarta
3. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian organisasi/perkumpulan yang bersifat local yang ada sebelum konfrensi ini semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan-bidan yang berada di daerah-daerah menjadi anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.
4. Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai berikut :
Ketua 1                    : Ibu Fatimah Muin
Ketua II                     : Ibu Sukarno
Penulis 1                  : Ibu Selo Soemardjan
Penulis II                  : Ibu Ropingatun
Bendahara              : Ibu Salikun
Tiga tahun setelah konfrensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954, IBI diakui sah sebagai organisasi yang berbadan hokum dan tertera dalam lembaga Negara nomor : J.A.5/927 (Departemen Dalam Negeri) dan pada tahun 1956 IBI diterima sebagai anggota ICM (International Confederation of Midwives). Hinga saat ini IBI tetap mempertahankan keanggotaan ini, dengan cara senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan di berbagai Negara baik pertemuan pertemuan, loka karya, pertemuan regional maupun kongres tingkat dunia dengan antara lain menyajikan pengalaman dan kegiatan IBI IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah tergabung dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat ini IBI tetap aktifmendukung program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajad kaum wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-Undang RI No.8 tahun 1985, tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga dalam Komisi Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau National Commission on the Status of Women (NCSW) IBI merupakan salah satu anggota pendukungnya.
Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung tahun 1982, terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti Pengurus Pusat IBI, karena IBI telah memiliki 249 Cabang yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Selain kongres juga mengukuhkan anggota pengurus Yayasan Buah Delima yang didirikan pada tangal 27 Juli 1982. Yayasan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota IBI, melalui pelaksanaan berbagai kegiatan.
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan kongres diluar pulau Jawa, yaitu di kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini juga didahului dengan pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific yang dihadiri oleh anggota ICM dari Jepang, Australia, New Zealand, Philiphina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia. Bulan September 2000 dilaksanakan ICM Asia Pacific Regional Meeting di Denpasar Bali. Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana oleh Bidan Praktek Swasta melalui BKKBN.
Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia di semua tingkatan dapat dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 1998 IBI telah memiliki 27 Pengurus Daerah, 318 Cabang IBI (di tingkat Kabupaten/Kodya) dan 1.243 Ranting IBI (di tingkat Kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak 66.547 orang. Jumlah anggota ini meningkat dengan pesat setelah dilaksanakannya kebijakan pemerintah tentang Crash Program Pendidikan Bidan dalam kurun waktu medio Pelita IV s/d Pelita VI 1989 s/d 1997.
PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA IBI
TAHUN 1988 – 2008
TAHUNJUMLAH ANGGOTA
198816.413
199025.397
199446.114
199554.080
199656.961
199757.032
199866.547
200368.772
200887.338
Dari tahun ke tahun IBI berupaya untuk meningkatkan mutu dan melengkapi atribut-atribut organisasi, sebagai syarat sebuah organisasi profesi, dan sebagai organisasi masyarakat LSM yaitu :
1.      AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali
2.      Kode Etik Bidan, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali.
3.      Pedoman berkelanjutan pendidikan Bidan
4.      Buku Prosedur Tetap pelaksanaan tugas-tugas bidan
5.      Buku Pedoman Organisasi
6.      Buku Pedoman Bagi Bidan di Desa
7.      Buku Pedoman Klinik IBI
8.      Buku 50 tahun IBI, yang memncatat tetntang sejarah dan kiprah IBI, diterbitkan dalam rangka menyambut HUT ke 50 IBI tahun 2001
9.      Restra IBI 1996 – 1998
Khusus melalui kepengurusan tahun 1998 – 2003 atribut-atribut/kelengkapan tersebut bertambah lagi dengan disusunnya :
1.      Majalah Bidan
2.      Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3.      Buku Pedoman Maternal & Neonatal
4.      Buku Pedoman Keluarga Berencana
5.      Buku Pedoman Pencegahan Infeksi
6.      Buku Pedoman Asuhan Persalinan Normal
7.      Buku Kepmenkes 900
8.      Buku Kumpulan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Organisasi IBI
9.      Kepmenkes 237 tentang pemasaran pengganti air susu ibu
10. Kepmenkes 450 tentang Pemberian Air Susu Ibu Secara Eklusif Pada Bayi di Indonesia
11. Kepmenkes 900 tentang Regristrasi dan Praktek Bidan
12. Rensta IBI 1998 – 2003
Pada Kepengurusan tahun 2003 – 2008
Telah dihasilkan :
1.      Pedoman Uji Kompetensi Bidan
2.      Renstra 2008 – 2013
3.      Bidan Delima
4.      Kesehatan reproduksi up-date satu set (warna ungu)
5.      Inisiasi Menyusu Dini
6.      Modul Pembelajaran untuk DIII Kebidanan (kerja sama dengan YPKP)
7.      Kepmenkes 369 tentang Standar Profesi Bidan
8.      Kolegium Kebidanan
9.      Lahirnya Asosiasi Institusi Pendidikan Indonesia
VISI IBI
Yaitu Mewujudkan bidan professional berstandar global
MISI IBI
1.      Meningkatkan kekuatan organisasi
2.      Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu Pendidikan Bidan
3.      Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan
4.      Meningkatkan kesejahteran anggota
5.      Mewujudkan kerjasama dengan jejaring kerja
Rencana Strategis IBI tahun 2008 – 2013
1.      Mengutamakan kebersamaan
2.      Mempersatukan diri dalam satu wadah
3.      Pengayoman terhadap anggota
4.      Pengembangan diri
5.      Peran serta dalam komonitas
6.      Mempertahankan citra bidan
7.      Sosialisasi pelayanan berkualitas
Prioritas Strategis
1.      Pengembangan standarisasi pendidikan bidan dengan standar internasional
2.      Meningkatkan pelatihan anggota IBI
3.      Membangun kerjasama dan kepercayaan dari donor dan mitra IBI
4.      Peningkatan advokasi kepada pemerintah untuk mendukung pengembangan profesi bidan serta monitoring dan evaluasi pasca pelatihan yang berkesinambungan
5.      Peningkatan pembinaan terhadap anggota berkaitan dengan peningkatan kompetensi, profesionalisme dan aspek hokum
6.      Peningkatan pengumpulan data dasar
7.      Peningkatan akses Organisasi Profesi IBI terhadap pelayanan dan pendidikan kebidanan
8.      Capacity Building bagi pengurus IBI
9.      Peningkatan pengadaan sarana prasarana
10. Membangun kepercayaan anggota IBI, donor dan mitra dengantetap menjaga mutu pengelolaan keuangan yang accountable
Sejak berdirinya tahun 1951 hingga sekarang, IBI telah berhasil menyelenggarakan Kongres Nasional sebanyak 14 kali. Sesua dengan Anggaran Dasar IBI, pada setiap kongres merencanakan program kerja dan pemilihan Ketua Umum Pengurus Pusat IBI. Rekapitulasi tempat penyelenggaraan Kongres Nasional IBI dan Ketua Umum Terpilih, sebagai berikut ini :
DAFTAR PELAKSANAAN KONGRES IBI
KongresTahunTempatKetua Terpilih
Munas1951JakartaIbu Fatimah Muin
I1953BandungIbu Ruth Soh Sanu
II1955MalangIbu Selo Soemardjan
III1957YogyakartaIbu Tuti Sutijati
IV1961Lawang – MalangIbu Rukmini Oentoeng
V1969JakartaIbu Rukmini Oentoeng
VI1975JakartaIbu Rabimar Juzar Bur
VII1978JakartaIbu Rabimar Juzar Bur
VIII1982BandungIbu Samiarti Martosewojo
IXNovember 1985MedanIbu Samiarti Martosewojo
XNovember 1988SurabayaIbu Rabimar Juzar Bur
XIOktober 1993Ujung PandangIbu Nisma Chairil Bahri
XIISeptember 1998DenpasarIbu Wastidar Mubir
XIII7-11 Sept 2003JakartaIbu Dra. Hami Koesno, MKM
XIV2-6 Nov 2008PadangIbu Dra. Hami Koesno, MKM

Sabtu, 10 Maret 2012

CONTOH ASKEB PADA BBLR


ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR BAYI NY. “D”DENGAN BBLR
DI RUANG NEONATUS RS. BHAYANGKARA
WAHYU TUTUKO BOJONEGORO












Dosen Pembimbing:
SUHARTIK

Disusun Oleh:
PIPIT SETYORINI
09.02.037
II A – MIOMETRIUM


AKES RAJEKWESI BOJONEGORO
PRODI D III KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2010/2011








LANDASAN TEORI
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

1.      PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang atau sama dengan 2500 gram (WHO)
Bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2000 geam (sampai dengan 2499 gram). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR di bedakan dalam :
a.       BBLR berat badan lahir 1500 – 2500 gram
b.      Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram
c.       Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram
Bayi dengan BBLR dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu :
1)      Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan  berat badan usia kehamilan.
2)      Dismaturitas, yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan. Ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri.

2.      ETIOLOGI
BBLR dapat disebabkab oleh beberapa faktor, yaitu :
1.      Faktor Ibu
a.       Penyakit Ibu
1)      Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi
2)      Perdarahan antepartum
3)      Trauma pada masa kehamilan, yaitu trauma fisik dan psikologi.
4)      Penyakit takut dengan gejala panas tinggi (misalnya : tipus abdominalis, malaria)
5)      Penyakit kronis (misalnya : TBC, penyakit jantung, DM)
6)      Tumor (misalnya : mioma uteri, sistoma)
7)      Kelainan bentuk uterus.
b.      Usia
1)      Usia Ibu pada waktu hamil (dari 20 tahun atau) 35 tahun.
2)      Multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat
c.       Kejadian sosial - ekonomi
2.      Faktor Janin 
a.       Kehamilan ganda
b.      Hidramnion
c.       Ketuban pecah dini
d.      Cacat bawaan
e.       Infeksi (misal : rubella, sifilis, taksoplasmosis)
f.       Insufiensi plasenta
g.      Inkompantibilitas darah ibu dan janin
3.      Faktor plasenta
a.       Plasenta previa
b.      Solusio plasenta.

3.      TANDA DAN GEJALA BAYI PREMATUR
1.      Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2.      Berat badan kurang dari atau sama dengan 2500 gram
3.      Panjang badan kurang dari atau sama dengan 45 cm
4.      Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
5.      Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
6.      Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
7.      Lingkar dada kurang dari atau sama dengan 30 cm
8.      Rambur lanugo masih banyak
9.      Jaringan lemak subcutan tipis dan kurang
10.  Tulang rawan dan telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
11.  Tumit mengkilap, telapak kaki halus
12.  Geretalia pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
13.  Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah
14.  Jaringan kelenjar mammae masih kurang, akibat pertumbuhan otot dan jaringan otot serta jaringan lemak masih kurang.
15.  Verniks kaseosa tidak ada / sedikit   

4.      PERMASALAHAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN PREMATUR
1.)    Aktifitas
Lebih rendah umur gestasi bayi maka semakin kurang aktif anak tersebut asalkan kondisi umum baik, bahkan bayi terkecil pun akan memperlihatkan adanya aktifitas otot, terutama jika tidak di batasi oleh pakaian.
2.)    Pengendalian Suhu
Suhu preterrn cenderung memilki suhu tubuh subnormal, karena kondisi panas yang buruk dan peran kehilangan panas, kegagalan produksi panas adekuat disebabkan karena tidak hanya ada jaringan adipose coklat. Pernafasan yang lemah da pembakaran O­2 yang buruk. Aktifitas kehilangan panas terjadi karena permukaan tubuh relative lebih besar dan tidak adanya lemak subcutan.


3.)    Sistem Pernafasan
Semakin pendek usia gestasi maka semakin kurang perkembangan paru-paru pusat pengantar pernafasan belum sempurna, otot pernafasan dan tulang iga lemah ritme dan dalamnya nafas cenderung tidak teratur sehingga sering dijumpai apnea sampai sianosis. 
4.)    Sistem Regulasi
Jantung secara relative kecil saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya lambat dan lemah, terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat didengar pada atau segera setelah lahir. Hal ini hilang ketika aperture jantung fase menutup secara berangsur-angsur, sirkulasi perifer sering kali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah. Kasus ini terutama pada pembuluh darah intracranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intracranial.
5.)     Sistem Pencernaan 
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah refleks  menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif. Pencernaan tergantung pada perkembangan dari alat pencernaan lambung dari seorang bayi dengan berat badan 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris demikian otot juga kurang berkembang lebar secara relatif besar tetapi kurang berkembang.  
6.)    Sistem Urinarius
Fungsi ginjal perlu menyesuaikan dengan lingkungan, fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya glomerulus yang menurun.
7.)    Sistem Genital
Genital kecil : pada wanita labia minora tidak ditutupi oleh labia mayora, hingga aterm. Pada laki-laki testis terdapat pada abdomen, kanotis inguinalis atau skrotum.  

5.      PERAWATAN BAYI
Aspek perawatan bayi tertutama dipertimbangkan dalam hubungan dengan bayi prematur yang sakit maupun yang sehat dalam suatu unit pediatric. Aspek perawatan berikut ini perlu dipertimbangkan :
1.      Penanganan
2.      Pemeriksaan suhu tubuh
3.      Incubator
4.      Pencegahan
5.      Pemberian O2
6.      Memandikan (menyibin)
7.      Memberi makan bayi



6.      INKUBATOR
1.      Pada dasarnya incubator merupakan suatu kontak, dirancang untuk mempertahankan suhu internal yang konstan dengan menggunakan suhu thermostal. Terdapat banyak tipe yang dapat diperoleh dan semuanya mempunyai fungsi yang sama tetapi beberapa lebih kompleks dari yang lain : misalnya terdapat incubator dengan sambungan untuk pemberian oksigen wadah air untuk member kelembapan suatu filter udara. Kompartemen es dan suatu sambungan nebulizer. Terdapat akses pengendalian yang mudah dan ada kemungkinan untuk mengubah kipas filter (jika terpakai) sebagian besar incubator mempunyai thermometer interna yang dapat dibaca dengan mudah.
2.      Prosedur perawatan yang dilakukan melalui “jendela” atau lengan baju pada satu atau kedua sisi incubator atau melalui penutup pada tipe yang disebut terakhis suatu lingkungan yang hangat dapat dipertimbangkan / dipertahankan dengan cara menghangatkan kanopi yang ditembatkan dalam jarak yang pendek diatas incubator. Sebelum memasukkan bayi ke dalam incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 28,4 oC untuk bayi dengan berat 1,7 kg, 32,2 oC untuk bayi lebih kecil. Tangkai diisi dengan air steril atau disterilisasi dan popok ditempatkan pada kasur busa. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang. Hal ini mempunyai keuntungan sebagai berikut :
1.      Memungkinkan adanya pernafasan yang tidak terhalang
2.      Memungkinkan bayi untuk bergerak tanpa dibatasi oleh pakaian
3.      Memungkinkan observasi yang lebih baik mudah terhadap pernafasan
4.      Menghindari terjadinya penanganan bayi secara berlebihan karena mengenakan pakaian.
3.       Kelemahan
Suatu kelembapan 70 – 80 % mencegah terjadinya dehidrasi dan aksi iritasi oksigen (jika oksigen diberikan)













DAFTAR PUSTAKA

Bdzak Sensen, Low Dermik 2004. Buku Ajar Keperawatan maternitas Jakarta : EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta : FKUI
Prawirohardjo, sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Wong, Donna L. 2003. Perawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC
Saccharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.





























ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “D”
DENGAN BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
DIRUANG NEONATUS RS. BHAYANGKARA
WAHYU TUTUKO BOJONEGORO

I.     PENGKAJIAN
Tanggal : 04 Juli 2011                                                                                Pukul : 16.00 WIB
A.    Data Subjektif
1.      a.    Identitas Anak
       Nama                   : By. “D”
       Anak ke               : Ke II (Dua)
       Umur                   : 1 hari
       Tanggal lahir        : 04 Juli 2011
       Jenis Kelamin      : Laki-laki
       Tanggal MRS      : 04 Juli 2011
       Berat badan         : 1900 gram

b.    Identitas Orang Tua
Nama Ibu             : Ny. “D”
Umur                    : 30 tahun
Agama                  : Islam
Suku/bangsa         : Jawa/Indonesia
Pendidikan           : S1
Pekerjaan              : Swasta
Penghasilan          : -
                             Nama Ayah                              : Tn. “S”
Umur                   : 39 tahun
Agama                 : Islam
Suku/bangsa        : Jawa/Indonesia
Pendidikan          : S1
Pekerjaan             : Swasta
Penghasilan          : - 
       Alamat                 : Jl. Kartini 372 RT.05 RW.02. Dander Bojonegoro

2.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan urama
Ibu mengatakan bayinya kecil dan setelah lahir, bayinya langsung dibawa ke ruang bayi
b.      Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan bayinya kecil saat lahir dan tidak menangis dengan kuat/merintih sehingga langsung dibawa ke ruang bayi.
c.       Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kronis dan ada riwayat penyakit tekanan darah tinggi.

3.      Riwayat antenatal, natal dan post natal
1)      Riwayat Anternatal
Selama hamil Ibu pasien tidak pernah menderita penyakit kronis, Ibu memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Nutrisi Ibu selama hamil tercukupi dengan baik rutin periksa kehamilan ke bidan 8 kali. Ibu pasien mendapat imunisasi TT, tablet Fe dan vitamin.
2)      Riwayat Natal
Usia kehamilan 34 minggu. Dilakukan secara Sectio Caesaria, berat badan lahir 1900 gram, panjang 39 cm, setelah lahir bayi menangis tidak kuat/merintih.
3)      Riwayat Post Natal
Keadaan umum bayi cukup, bayi bergerak aktif, menangis kuat, kulit merah dan rambut lanugo masih banyak.
4.      Keadaan Gizi
Pemberian nutrisi (pendamping ASI 3 cc) melalui sonde setiap 2 jam sekali
5.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1.      Riwayat pertumbuhan
BB : 1900 gram
PB : 39 cm
2.      Riwayat perkembangan
Bayi kecil
Pergerakan aktif dan keadaan umum cukup
Bayi menangis kuat
6.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Pola nutrisi
Bayi diberikan pendamping ASI melalui sonde
b.      Pola eliminasi
BAB 4 kali sehari, konsistensi kental, warna hitam (mekonium) BAK 7 kali sehari.
c.       Pola tidur
Tidur malam ± 10 jam, tidur siang ± 4 jam
d.      Pola kebersihan
Ganti popok setiap kali BAB dan BAK, kebersihan tubuh dan perawatan tali pusar dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari

B.     Data Objektif
1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum          : lemah
Kesadaran                  : cukup
Berat badan                : 1900 gram
Panjang badan            : 39 cm
2.      Tanda-tanda vital
Suhu                           : 35,7 oC
Respirasi                     : 50 x/ menit
3.      Pemeriksaan fisik
Kepala

Wajah
Mata

Hidung

Telinga
Leher

Dada
Perut
Kulit


Genetalia

Anus
Frestrimitas
: Tidak ada kelainan, tidak ada benjolan pada kepala, lanugo masih    banyak, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
: Normal, wajah berwarna merah.
: Simetris, sklera tidak iktirus, tidak ada perdarahan pada sub    konjungtiva.
: Tidak ada pengeluaran sekret, bersih adanya pernafasan cuping    hidung .
: Simetris tidak ada pengeluaran cairan.
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena    jugularis.
: Terdapat retraksi dinding dada.
: Pernafasan abdomen, tidak ada meteorismus.
: Berwarna merah seluruh tubuh, rambut lanugo masih banyak di    sekita tubuh, kulit tampak transparan, halus dan mengkilat, kuku    pendek belum melewati ujung jari.
: Pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, 2 testis belum turun    ke dalam skrotum
: Terdapat anus
: Gerakan cukup aktif, kulit mengkilap, telapak kaki halus.

C.    Assasment
1.      Resiko tinggi gawat pernafasan yang berhubungan dengan ketidakmatangan paru karena produksi surfaktan .
2.      Resiko hipotermi yang berhubungan dengan prematuritas perubahan suhu lingkungan
3.      Gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan simpanan glikogen, zat besi dan kalsium yang tidak cukup .
4.      Berkurangnya cairan yang berhubungan dengan pengeluaran yang di sebabkan oleh imaturitas. Pengeluaran melalui kulit paru.
5.      Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kekebalan tubuh dan kemungkinan infeksi silang dari ibu atau staf perawat.



D.    Penatalaksanaan
1.      Kumpulan data penilaian yang berkaitan dengan kegawatan pernafasan.
Rasional :   Memantau perkembangan pernafasan .
2.      Berikan dan pantau bantuan pernafasan dengan oksigen (O2)
Rasional :   Mencegah terjadinya APNEU .
3.      Tempatkan bayi pada box lampu/incubator.
Rasional :   Mencegah terjadinya hipotermi .
4.      Jaga agar kulit bayi tetap kering dan kepala bayi tetap tertutup.
Rasional :   Kepala merupakan area permukaan paling luas, sehingga proses kehilangan panasnya cepat.
5.      Awasi reflex hisap dan kemampuan menetek bayi.
Rasional :   Bayi premature mempunyai kemampuan menghisap dan menelan bervariasi.
6.      Berikan ASI atau pendamping ASI 2-6 jam setelah lahir mulai dengan pemberian 2-5 cc.
Rasional :   Memenuhi kebutuhan nutrisi .
7.      Timbang bayi setiap hari .
Rasional :   Mengetahui perkembangan dan penambahan berat badan pada bayi.
8.      Lakukan kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak untuk pemberian terapi .
Rasional :   Membantu proses penyembuhan dan perkembangan pada BBLR.

E.     Implementasi
1.      Mengumpulkan data penilaian yang berkaitan dengan kegawatan pernafasan.
-          Riwayat Ibu selama kehamilan .
-          Kondisi bayi baru lahir, nilai apgar 4-5, resusitasi .
-          Pernafasan frekuensi 42 x/menit .
2.      Memberikan dan membantu bantuan pernafasan dengan oksigen (O2) .
-          Memberikan 0,5 liter oksigen / menit .
-          Dengan hati-hati hisap lendir dari mulut selama kurang dari 5 menit .
3.      Menempatkan bayi pada box lampu / incubator.
4.      Menjaga bayi agar kulitnya tetap kering dan menjaga kepala bayi agar tetap tertutup dengan cara memakaikan topi pada kepala bayi .
5.      Mengawasi refleks menghisap dan kemampuan menelan bayi.
6.      Memberikan ASI atau pendamping ASI 2-6 jam setelah lahir mulai dengan pemberian 3-7,5 cc ditambah bila bayi menunjukkan toleransi yang baik.
7.      Menimbang bayi setiap hari .
8.      Melakukan kolaborasi dengaan Dokter Spesialis Anak untuk pemberian terapi
-          Intake 12 x 3 cc ASI/ PASI
-          Infuse NaCL 20 cc kemudian dilanjutkan dengan D10% 150 cc/24 jam
-          Injeksi ViCC SX  2 x 100 mg
-          Injeksi Amminophilin 12 mg dilanjutkan 2 x 3 mg mulai besok
-          Injeksi Dexametason 1 mg
-          Injeksi Neo K  1 mg selama 3 hari
-          Termoregulasi
-          Posisi head up

F.     Catatan Perkembangan
1.      Tanggal 5 Juli 2011 pukul 05.00 WIB
S : -
O : keadaan umum lemah, suhu : 36oC, respirasi 50 x menit, BB : 1800 gram
BAB    , BAK     , puasa      , retensi kosong , dipasang NGT + O2, gerakan kurang, aktif, nafas teratur,  menangis keras .
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Rencana dilanjutkan
2.      Tanggal 5 Juli 2011 pukul 12.00 WIB
S : -
O : keadaan umum lemah, suhu : 36oC, respirasi 50 x menit
 BAB      , BAK     , puasa      , gerakan kurang aktif, NGT       , O2      retensi   kecoklatan, menangis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana dilanjutkan
3.      Tanggal 5 Juli 2011 pukul 17.00 WIB
S : -
O : keadaan umum cukup, suhu : 37,4oC, respirasi 50 x menit
BAB      , BAK     , NGT       , O2      , intake past 3 cc       menangis kuat, nafas teratur, gerakan aktif.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Rencana dilanjutkan
4.      Tanggal 06 Juli 2011 pukul 05.00 Wib
S : -
O : Keadaan umum cukup S = 36,60 c, respirasi 50 x / menit, BB = 1700 gram
BAB       , BAK     , NGT      , O2      , intake ASI 3cc, menangis kuat, nafas teratur, Gumoh  -   , Gerakan aktif.
A : Sebagian masalah teratasi
P : Rencana dilanjutkan

G.    Evaluasi
Tanggal 06 Juli 2011 pukul 12.00 WIB
 S : -
 O : BAB Keadaan umum cukup, S : 36,70C, Respirasi 54 x/menit
BAB     , BAK     , NGT     , O2      intake PASI 7,5 cc, menangis kuat, nafas teratur, Gumoh   -  , Gerakan aktif 
 A : Masalah teratasi sebagian
 P  : Rencana dilanjutkan


Mengetahui

Pembimbing Lahan



ERLINA YULI N, AMd.Keb
Pembimbing Praktek



LINA ASYIFA’AH, Amd.Keb


Mahasiswa



PIPIT SETYORINI
Pembimbing Akademik



NUR AZIZAH, AMd.Keb